Cerita ini berdasarkan pola pikir dan pemikiran anak muda saat ini terhadap hubungan dan kebersamaan, terlebih lagi kompleksitas zaman baru dalam hubungan dan realisasi serta solusi yang diberikan anak muda. Mereka sangat berpegang teguh pada individualitas dan pendekatan mereka terhadap kehidupan dan pacaran, yang mana mereka ingin pasangan mereka tetap menerimanya. Faktanya, para lajang mulai menguji penerimaan dari pasangan baru mereka segera setelah bertemu. Saat pasangan tersebut bergerak menuju pembentukan hubungan, mereka menerapkan banyak syarat agar satu sama lain dapat menerima, yaitu, “terimalah aku apa adanya dan biarkan aku hidup dengan gaya hidup dan perspektifku meskipun kami bersama”. Namun, penerimaan saja tidak akan menghasilkan hubungan yang solid dan bahagia seumur hidup, karena penerimaan hanyalah separuh dari cerita yang membuat suatu hubungan berhasil. Ketika menyangkut aspek lain adaptasi dari “perubahan” dalam kehidupan sehari-hari mereka, penerimaan menghilang.